Penguasaan manusia tentang ilmu tidak hanya terbatas pada ilmu agama (akhirat) tetapi juga mencakupi ilmu-ilmu lain yang bersifat keduniaan. Pada dasarnya semua ilmu yang ada pada makhluk yang dijeniskan manusia adalah milik Allah jua sehingga tidak sukar bagi Allah swt untuk menganugerah segala macam ilmu tersebut. Kekadang ilmu itu perlu dicari, dipelajari dan digali hatta melibatkan wang-ringgit, jarak masa dan waktu. Kekadang pula ilmu itu dengan mudah diperolehi tanpa perlu dicari, dipelajari ataa digali. Inilah ilmu anugerah Allah swt yang hanya diperolehi oleh insan pilihanNYA.
Ramai ulama-ulama terdahulu dianugerahkan Allah akan ilmuNYA dan dengan ilmu tersebut mereka menulis kitab-kitab muktabar yang hingga kini masih diajari kerana ketinggian isi ilmu tersebut. Mereka menulis kitab-kitab bukan hanya berkisar pada hukum-hakam yang disebut ilmu fekah bahkan menjangkau pada ilmu-ilmu yang tinggi dan mendalam yang sukar difahami yang memerlukan guru untuk ditafsir untuk mencapai tahap ilmunya. Ilmu-ilmu tersebut menjirus kepada ilmu tasawwuf, hakekat dan makrifat. Contoh seperti kitab Al-Hikam oleh Ibnu Atailah dan banyak lagi oleh ulamak-ulama lain seperti Imam AlGhazali dan sebagainya.
Begitu juga dengan ulama nusantara seperti Syeikh Daud Fathani, Syeikh Arshad Albanjari, Syeikh Abdul Samad Falimbani, Syeikh Muhammad Nafis, Syeikh Abd Rauf Singkli, Hamzah Fansuri dan ramai lagi ulama terbelakang dari mereka. Sesatkah taraf dan tahap keilmuanan mereka dalam menghabiskan masa mengarang kitab-kitab tertentu untuk syiar islami ketika itu? Kemudian ramai dari mereka dituduh sesat pulak, menyeleweng dan sebagainya oleh orang-orang tertentu yang mengaku bijak pandai dalam halehwal agama masakini. Bolehkah yang menuduh itu berbuat satu kitab seumpama mereka?...Jangan hanya tau mencari kesalahan orang atau tidak faham maksud tersirat disebalik zohir ayat yang memerlukan kupasan yang mendalam sesuatu permasaalahan itu. Siapa yang sesat sebenarnya???
Mengapa jadi demikian?
Jawabnya kerana yang tiada merasa sesuatu itu tidak akan tahu sesuatu, maka sesuatu yang tidak tahu bukan dicari atau dipelajari hanya dicapkan atau dituduh sahaja dengan kata-kata :
Bidaah
Zindik
Allah berfirman : “Apa yang Aku beri ilmu itu hanya sedikit.” Lantas dari itu Nabi saw berkata “ Carilah ilmu walaupun ke negeri China sekalipun.” Kata-kata tuntut cari ilmu itu adalah dorongan Nabi saw, maka ilmu dunia untuk dunia dan ilmu akhirat untuk akhirat, oleh kerana itu ilmu akhirat itu pokok segala yang penting pada manusia. Ilmu dunia adalah cabang, dahan, bunga dan buah. Maka tidak ada bunga dan buah sekiranya tidak ada pokok. Seluas-luas dan setinggi manapun ilmu dunia tidak akan memberi kesan di akhirat dan tidak memberi pertolongan juga di akhirat. Dan adapun kitab-kitab karangan ulama-ulama pun semuanya berkisar pada ilmu akhirat yang ilmu mereka diperolehi dari titik peloh mereka sendiri belajar, mengaji, berguru dan mengembara mencari ilmu juga anugerah Allah pada mereka. Mereka telah melepasi “rasa” ilmu itu dan mana mungkin mereka mereka-reka untuk menyesatkan orangramai.
Anggota mulut yang dianugerah Allah bukan hanya untuk bertekak, menuduh dan sebagainya. Akal pemikiran pula bukan hanya untuk mengatakan apa yang benar dan apa yang salah sahaja. Kekadang diam sahaja dengan apa yang kita tahu itu lebih baik. Yakini apa yang kita fahami dan amalkan apa yang kita yakini dan jangan kita lalai melupaiNya walaupun sesaat. Kerana masing-masing akan mati dengan membawa ilmu masing-masing.
Biasanya manusia yang memperhambakan dirinya pada ALLAH ia akan sering difitnah dan diuji untuk mencapai ke sesuatu makam atau mertabat di sis Allah swt. Contoh seperti Almarhum Haji Ahmad Laksamana. Datuknya sendiri Almarhum Tuan Guru Haji Othman Yaakub yang pernah mendapat didikan dari Tok Kenali dan Tok Kemuning, pernah berwasiat padanya seperti yang ada pada buku karangannya Hakekat Insan:
“Bongsu, aku tegaskan padamu apa saja yang ada padaku adalah sama dengan ilmu yang ada pada dadamu, pegangilah ianya walaupun sejuta manusia menuduh kamu kafir, gila dan fasik, sesungguhnya ilmumu dan ilmuku adalah benar.”
Secara umumnya ilmu Allah terbagi dalam tiga kelompok yaitu (a) ilmu kalam; (b) ilmu ghaib, dan; (c) ilmu syahadah.
Berkaitan dengan ilmu kalam, Al-Quran dalam Surah Al Alaq ayat 3-5 menerangkan “Bacalah bahwa Tuhanmu Amat Pemurah yang mengajar kamu dengan (ilmu) kalam dan Tuhanmu mengajar kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya”.
Sedang mengenai ilmu ghaib dan ilmu syahadah diterangkan dalam Al Quran, Surah Al Hasyr ayat 22 yang bermaksud “Dialah Allah, yang tiada tuhan kecuali Dia, Mengetahui yang (ilmu) ghaib dan (ilmu)syahadah. Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Dalam bukunya Hakikat Insan, Haji Ahmad Laksamana bin Omar menerangkan pengertian masing-masing ilmu tersebut sebagai berikut:
Ilmu Kalam adalah suatu ilmu yang dipelajari oleh manusia biasa bagi tujuan untuk memahami sesuatu di alam ini. Ilmu tersebut difahami dan diterima oleh pancaindera kita yang tujuh. Ilmu kalam diajar di sekolah secara formal atau informal dalam masyarakat dan makhluk manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu ghaib adalah merupakan suatu ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu kalam. Ilmu ghaib hanya dapat diajar sepenuhnya oleh guru ghaib(batin) dan tidak dapat diajarkan oleh guru zahir. Biasanya guru ghaib (batin) yang mengajarkan ilmu ghaib ini adalah terdiri dari wali-wali Allah, para nabi dan rasul-rasul. Ilmu ghaib biasanya hanya diajar dan diperoleh oleh orang-orang tertentu saja yaitu orang-orang yang dianugerahkan oleh Allah untuk menerimanya atau kepada orang-orang yang sedang menjalani jalan hakekat dan makrifat melalui jalan tasawuf atau sufi. Ilmu ghaib adalah suatu ilmu yang pengetahuannnya amat luas sekali sehingga tidak tercapai oleh daya pemikiran manusia. Daya pengetahuan ilmu ini adalah terlampau amat luas. Baik dibidang dunia, alam ghaib dan di semua bidang-bidang yang berkaitan dengan ketuhanan dan diri manusia. Pendek kata ilmu ghaib ini adalah suatu ilmu yang meliputi alam shoghir atau alam kabir.
Ilmu syahadah adalah suatu ilmu yang paling tinggi didalam tingakatan pelajaran ilmu Allah yang dapat dikuasi oleh manusia. Ia merupakan martabat ilmu yang tertinggi. Ilmu ini adalah suatu ilmu makrifat dan syahadah secara sebenar-benar kepada Allah swt. Ilmu ini, Tuhan sendiri akan mengajar manusia mengenai diriNya. Dengan lain perkataan bolehlah ditegaskan disini bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri. Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu ghaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.
Jika ilmu qalam diajar guru zahir dan ilmu ghaib diajar oleh guru-guru ghaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah. Dengan lain perkataan Tuhan sajalah yang mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini.
Memang hanya orang-orang pilihanNYA yang dapat mencapai tingkat penguasaan ilmu yang demikian. Sebab untuk dapat menguasai ilmu-ilmu tersebut (ilmu ghaib) seseorang perlu menyucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah tarekat. Yaitu jalan menuju kepada Allah SWT dan dengan cara jalan mengenal diri mengikut kaedah-kaedah tasawuf atau jalan-jalan orang sufi. Orang yang mencapai tingkat ilmu seperti itu terlebih dahulu telah membersihkan diri dan jiwa raganya. Makin suci hati seseorang itu dengan Allah semakin tinggilah tahap penerimaan ilmu ghaib ini. Sebagaimana firman Allah dalam AlQuran, Surah Attaghaabun ayat 11 yang bermaksud: “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Allah Maha Mengetahui setiap sesuatu”.
Penguasaan ilmu yang sedemikian luas dan mendalam tersebut InsyaAllah terjadi bagi siapapun yang telah sampai makrifah kepada Allah. Sebagaimana perkataan Arifin Billah:
“Barang siapa yang telah mengenal Allah, maka tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi baginya”
Allah akan memberikan anugerah kepada mereka Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang diilhamkan oleh Allah kedalam hati hambanya dengan tanpa perantaraan. Ilmu ini akan tetap bersemayam, tidak akan hilang dan tidak akan lupa.
Menurut Abu Yazid Al Busthami dan para masayikh lainnya, orang yang mempunyai ilmu yang demikian itu adalah orang yang alim sebenarnya. Bukannya orang yang alim itu adalah orang yang proses mendapatkan ilmunya dengan cara menghafal dari kitab-kitab, apabila yang dihafalkan lupa, maka dia bodoh dan tidak mengerti. Sesungguhnya orang yang alim adalah orang yang mengambil ilmunya langsung dari Tuhannya, pada waktu yang dikehendaki dengan tiada sebab menghafalkan dan belajar, maka orang yang demikian itu di sebut Al-Alim Al-Robbany. Sebagaimana telah diisyaratkan didalam firman Allah dalam Al Qur’an:
“Kami telah memberikan pengetahuan (kepadanya) berupa ilmu dari sisi-Ku”
Maksudnya adalah tanpa wasitoh (perantaraan) apapun dalam mendapatkan ilmu. Apabila dalam mendapatkan ilmu dengan proses belajar kepada makhluk, maka tidak disebut ilmu ladunni. Karena ilmu ladunni itu terbuka di dalam sir hati tanpa ada sebab yang menghasilkan dalam kenyataannya.
Adapun pada maqam ini, akan melihat segala hal baik yang dlahir maupun yang batin, dan akan terbuka segala hakikat sesuatu dengan cahaya yang nyata yang telah dianugerahkan Allah, tiada terlindung seberat zarrah pun segala alam ini dengan sesuatu yang sesuai dengan keadaannya, dan sesuai anugerah Allah yang diberikan kepadanya. Yang demikian itu, tidak dapat dicari dan tidak dapat dikehendaki oleh siapapun, seperti penjelasan dalam Al Qur’an:
“Sekalian kami anugerahi mereka dan mereka mendapatkan dari pemberian Tuhanmu, dan pemberian Tuhanmu tiada terhalang”
Dan pada maqam ini, mereka mendengar akan segala perintah, baik melalui lidah batin maupun lahir, yaitu khatir di dalam hatinya, baik itu dari tempat yang jauh maupun di balik gunung qaf sekalipun, semua seruan atau perintah dapat didengarnya, karena pendengarannya meliputi alam semesta. Dan diterangkan dalam hadits bahwasanya alam semesta ini ada pada genggaman para Auliya’ seperti telapak kaki jua dengan semata-mata anugerah Allah dan Rahmat-Nya.
Dalam buku Hakikat Insan dijelaskan “Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ghaib maka pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam maya. Tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi di alam lain termasuk alam ruh, syurga dan neraka, arasy dan kursi Allah swt dan ini bermakna mereka yang sampai ke martabat ini dapat menerokai ke suatu alam yang jauh keluar daripada garis tahap fikiran manusia”.
Sesungguhnya ilmu hakekat dan ilmu makrifat adalah ilmu rasa..
Setakat hendak rasa saja belum cukup…
Mesti nak kena ada rasa dalam rasa itu…
Dan sebenarnya manusia itu tiada rasa…
Hanya Allah lah yang memberi rasa...
Kerana DIA yang punya rasa…
Tiada ulasan:
Catat Ulasan