Selasa, 21 April 2009

Kelebihan Zikrillah dan kesempurnaanya.

Zikir (ذکر) berasal daripada bahasa Arab yang bermaksud ingat atau sebut. Di dalam Islam, zikir lebih merujuk kepada ingat kepada Allah atau menyebut nama-nama Allah. Di dalam Islam, zikir kepada Allah adalah sebahagian dari beberapa bentuk ibadat dan orang Islam yang melakukannya mendapat pahala.

Alim ulama bersepakat mengatakan zikir yang paling disukai oleh Allah adalah subhanAllahi wabihamdih.

Ini berdasarkan suatu hadis yang bermaksud:
"Dari Abu Dhar berkata, lalu beliau bertanya kepada Muhammad Rasullallah ,"Sukakah engkau(Muhammad) memberitahu ucapan apakah yang paling disukai oleh Allah? "(Rasullullah menjawab) SubahanAllahi Wabihamdih( Maha Suci Allah dan Segala Puji bagi-Nya).


Beberapakali Allah SWT mengingatkan kita melalui kitab-Nya Al-Quran nul-Karim agar umat Muhammad SAW berzikrillah seperti firmanNYA:
"Dan sebutlahlah nama Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai" Surah 7: Al A’raf, Ayat 205.

"Orang–orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat (zikir kepada) Allah."

"Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang, dan pada sebahagian dari malam, maka sujudlah kepadaNya dan bertasbihlah kepadaNya pada bahagian yang panjang di malam hari." Surah 76: Al Insan, Ayat 25 & 26.

"Orang-orang yang mengingati Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." Surah 3: Al Imran Ayat 191.

"Sesungguhnya Aku lah Allah, tidak ada Tuhan selainKu, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingati Aku." Surah 20 Thoha Ayat 14.

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah." Surah 33: Al Ahzab Ayat 21.

Dari Imam Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ibn Majah, diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a: Rasulullah s.a.w bersabda:
Allah s.w.t berfirman: "Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya, nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia mengingatiKu di majlis, nescaya Aku juga akan mengingatinya di dalam suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan, nescaya Aku akan datang kepadanya berlari.

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda:
Sesungguhnya Allah s.w.t Yang Maha Memberkati lagi Maha Tinggi memiliki para Malaikat yang mempunyai kelebihan yang diberikan oleh Allah s.w.t. Para Malaikat selalu mengelilingi bumi. Para Malaikat sentiasa memerhati majlis-majlis zikir. Apabila mereka dapati ada satu majlis yang dipenuhi dengan zikir, mereka turut mengikuti majlis tersebut di mana mereka akan melingkunginya dengan sayap-sayap mereka sehinggalah memenuhi ruangan antara orang yang menghadiri majlis zikir tersebut dan langit. Apabila orang ramai yang hadir beredar, para malaikat naik ke langit.

Maka makna zikir yang membawa pengertian lebih mendalam ialah mengingati Allah dari sudut ibadat meliputi ingatan kepada Illahi pada hati (kalbu) yang meliputi tingkatan-tingkatannya, bertahmid, bertahlil, bersolat maupun menghadirkan diri dalm majlis-majlis ilmu. Zikir boleh samada bersendirian maupun berjamaah.

Rasulullah saw pernah berkata pada seorang sahabat baginda, "Wahai Abu Dzarr! Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan!", Lalu Abu Dzarr bertanya : "Apa itu khamilan?"Sabda Rasul : "Khafi (dalam hati)" (Mizan al-Hikmah 3 : 435)

Tingkatan pertama zikir adalah zikir lisan (Lisanul Zikr). Seterusnya zikir kalbu yang cenderung diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, zikir kalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu sendiri. Inilah rahsia dari sabda Nabi saw : " Siapa ingin bersenang – senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah".

Berkata seorang yang keizinan Allah mencapai ke tingkatan zikir sir.......
Tanda bahwa sebuah zikir sampai pada sir (nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. Zikir Sir terwujud seperti ketika seseorang itu telah terliputi dan tenggelam di dalamnya dan, apabila si pelaku meninggalkan zikir tersebut (seakan-akan) objek zikir itu tidak terhenti. Dia seolah-olah berterusan hingga tiada ucapan yang dapat diungkapkan. (di sini).
Zikir tersebut menyelinap masuk ke dalam diri kita untuk menyadarkan kita dari keadaan tidak sadar kepada keadaan hudhur (hadirnya kalbu).

Beliau menambah lagi ...antara satu tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu bergetar sehingga seolah–olah tertarik oleh rantai ataupun besi bermagnet. Indikasinya, zikir tersebut tak pernah hilang padam dan cahayanya tak pernah redup malap.

Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala. Zikir yang masuk ke dalam sir terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku zikir seolah–olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.

KETAHUILAH, setiap zikir yang disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sir sampai saat zikirmu sudah ghaib dari perasaanmu kerena engkau sudah sirna bersama Tuhan, zikirmu juga gaib dari perasaan mereka.

Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata–kata tanpa rasa hudhur (kehadiran hati) disebut zikir lisan, berzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut zikir kalbu, sementara berzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut Zikir Sir. Itulah yang disebut dengan Zikir Khafiy. Seseorang yang mampu sampai ke tahap zikrillah ini seperti yang diungkapkan pada awalan tadi hatinya luluh-lebur menyaksikan kekuasaan dan keesaan Allah Taala. Allahu Akhbar.

Nutrisi dan makanan bukanlah sentuhan makanan rohani, melainkan makanan pada fizikal badan semata-mata. Adapun yang menjadi makanan rohani dan kalbu adalah mengingat Allah Zat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib.

Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir bersamamu. Sebab, engkau berzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan nafs–mu , kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu dengan sir mu.

Bila engkau berzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan kalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Bila engkau berzikir dengan nafs–mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berzikir bersamamu.
Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Allah (’Arsy) beserta seluruh isinya ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang–orang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan sir mu, Arsy beserta seluruh isinya turut berzikir hingga zikir tersebut bersambung dengan zat–Nya.

Imam al-Baqir dan Imam Ash-Shadiq as berkata : "Para malaikat tidak mencatat amal shalih seseorang kecuali apa-apa yang didengarnya, maka ketika Allah berfirman : "Berzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)", tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala zikir di dalam hati dari seorang hamba-Nya kecuali Allah Ta’ala sendiri"

DI DALAM riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : "Zikir diam (khafiy) 70 kali lebih utama daripada zikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal. " (Al-Hadits)

Bila kita mampu melanggengkan Zikir Khafi serta meyakini bahwa semua Alam Lahir dan Alam Batin merupakan pengejewantahan (wajh) dari nama-nama-Nya maka kita akan merasakan kehadiran-Nya di semua tempat dan merasakan pengawasan-Nya dan merasai nikmat-nikmat-Nya.
Allahu Akhbar! Perasaan akan kehadiran-Nya ini akan mencegah kita dari berbuat dosa dan maksiat. Itu karena keyakinan kita atas kehadiran-Nya di setiap ruang lingkup masa, kehidupan samada lahiriah maupun zahiriah.

Untuk mencapai keyakinan seperti ini kita mesti mempersiapkan latihan-latihan untuk melaksanakan Zikir Khafi sampai pada satu tingkat di mana hati kita berzikir secara otomatis seperti gerak detak jantung dan tarikan nafas keluar-masuk kita (yang di luar kendalian kita).

Imam Ali Zainal ‘Abidin as di dalam kitab Bihar al-Anwar ( 94 : 151) antara do’anya :
"Ya Allah, Ilhamkanlah kepada kami ZikirMu
di kesendirian maupun di keramaian,
di malam dini maupun di siang hari,
secara berterangan, maupun secara berahsia (sembunyi),
di saat gembira maupun di saat kesusahan,
jadikanlah hati kami menjadi senang dengan berzikir al-khafi " Amin.

Semoga kita digerakkan Allah dari golongan yang sentiasa mengingatiNYA.

Tiada ulasan: